Kamis, 18 Oktober 2012

Teknologi Penanganan Pascapanen Asparagus



TUGAS MK: Tekologi Pengolahan Hasil Pertanian
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PASCAPANEN
ASPARAGUS (Asparagus officinalis)

Oleh: Siti Muizzun Nisak (1011305015)





JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Asparagus merupakan salah satu jenis sayuran yang dikonsumsi pada bagian batang muda atau tunasnya. Biasanya rebung digunakan sebagai sayuran segar berupa soup atau tumis, serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia baik dalam kemasan biasa maupun dalam kaleng. Sayuran ini merupakan tanaman berumah dua. Artinya, tanaman ini ada yang jantan dan ada yang betina.
Pada umumnya, asparagus memiliki dua jenis yaitu:
1.      Asparagus Hijau
Jenis ini yang paling populer dan sering ditemukan. Banyak tumbuh di Amerika dan sekitarnya. Batang pada asparagus hijau lebih tebal daripada yang putih. Asparagus hijau adalah jenis yang paling banyak dikonsumsi, biasa dibuat sup maupun ditumis.
2.      Asparagus Putih
Jenis ini tidak banyak dijumpai di Indonesia, namun banyak terdapat di Eropa, asparagus jenis ini dijual dalm bentuk makanan kaleng, memiliki tangkai yang lebih tipis daripada asparagus hijau.
B.     Proses Pemanenan
Panen rebung asparagus di daerah tropis lebih cepat dilakukan dibandingkan pada daerah subtropis. Di daerah tropis, panen pertama kali sudah dapat dilakukan saat tanaman berumur 8 -10 bulan sesudah penanaman. Dalam pemanenan ini, perlu diperhatikan mutu yang akan dihasilkan, yaitu harus sesuai dengan tujuan pemasarannya.
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pemanenan
a.      Kriteria Panen
Asparagus dapat dipanen rebungnya pada umur 4-5 bulan setelah transplanting Asparagus hijau yang dipanen adalah setelah muncul diatas tanah dengan kondisi pucuk yang masih kuncup.

b.      Cara Panen, Interval dan Frekuensi
Panen dilakukan dengan dua cara, yaitu mencabut dan memangkas atau memotong batang muda. Cara panen dengan memotong batang muda merupakan cara yang lebih baik, karena cara tersebut tidak merusak sistem perakaran tanaman yang dijadikan indukan. Jika panen pertama dilakukan pada umur 4bulan setelah transplanting, maka penen kedua pada umur 5 bulan dengan interval panen 2 hari sekali, bulan keenam dan seterusnya dapat dipanen setiap hari.


2.      Proses Pendinginan
Penyimpanan di bawah suhu 15ÂșC dan di atas titik beku bahan dikenal sebagai penyimpanan dingin (chilling storage). Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran memerlukan temperatur yang optimum untuk mempertahankan mutu dan kesegaran. Temperatur optimum dapat menyebabkan kerusakan karena pendinginan (chilling injury).
Cara lain apabila asparagus tidak langsung didistribusikan maka asparagus disimpan dalam ruangan khusus dengan suhu antara 0– 100 C. Tujuannya adalah agar asparagus memiliki rasa yang lebih manis dan memiliki ketahanan yang cukup lama. Bagian atas asparagus dibungkus kertas dan diikat tali, kemudian dimasukkan ke dalam bak khusus yang diisi dengan air setinggi ± 5 cm dengan posisi berdiri hingga bagian bawahnya terendam oleh air.

3.      Pengemasan
Pengemasan asparagus menggunakan styrofoam dan plastic wrap. Pertama potong sedikit ujung bawah asparagus yang terendam air lalu  ditimbang  ± seberat 250 gr. Asparagus kemudian disimpan di atas styrofoam lalu disusun rapi dan terakhir wrapping dengan rapi. Sayuran segar dapat disimpan dalam kotak stereafoam dan diberi es batu sebagai pendingin untuk menjaga kesegarannya. Kemasan ini umum dipergunakan untuk menyimpan rebung (asparagus, bambu) (Sri Rini, Dkk: 2008)

4.      Pengolahan Menjadi Serbuk Herbal
Asparagus dalam bentuk produk utama berupa sayuran segar maupun produk olahan memiliki prospek sangat baik untuk dikembangkan mengingat kebutuhan domestik dan ekspor pasarnya belum banyak terlayani. Usaha proses produksi asparagus menjadi instan dalam bentuk kemasan sachet dilakukan pada skala rumah tangga dengan peralatan mesin semi otomatis/otomatis buatan dalam negeri. Dilihat dari keuntungan finansial, usaha ini memiliki prospek yang feasible untuk dikembangkan menjadi skala industri. Asparagus tenyata juga bermanfaat dan berkhasiat bagi tubuh salah satunya bisa memperbaiki kinerja ginjal karena memiliki efek diuretic. Efek diuretic inilah yang membuat saluran urine menjadi lancar. Dan artinya, segala racun yang merugikan tubuh dapat segera dibuang. Asparagus mempunyai sifat seperti petai atau jengkol, yang menyebkan urine berbau tajam.

5.      Pengolahan Asparagus Sebagai Soup
Dari hasil penelitian secara modern menunjukkan bahwa asparagus organik mengandung steroidal glikosida yang memiliki efek anti pembengkakakan. 1 setengah mangkok asparagus organik yang telah dimasak mengandung sejumlah besar asam folik, vitamin C, pottasium dan beta karotin.  Asam folik mempunyai kegunaan untuk membantu mengurangi cacat bawaan pada bayi, kanker panggul, kanker usus dan dubur, serta bermanfaat untuk mencegah penyakit-penyakit jantung. Kandungan vitamin C nya sementara itu dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung serta meningkatkan daya tahan tubuh. Potassium membantu meregulasikan keseimbangan elektrolit dalam sel dan menjaga fungsi jantung dan tekanan darah yang normal. Cara memasak asparagus jangan terlau lama, karena khasiar alkaloidnya berkurang karena adanya unsur hidrogen dan oksigen yang terdapat di dalamnya akan hilang, unsur lainya pun menjadi rusak dan dapat mengganggu ginjal.
Cara lain memasaknya, asparagus dicampur dengan sari wortel. Dengan cara seperti ini, sari asparagus dapat berfungsi sebagai diuretik atau pelancar air seni, tetapi pemakaiannya disarankan tidak terlalu banyak. Zat di dalam asparagus dapat menghancurkan asam-oksalat di dalam ginjal dan di dalam jaringan otot, maka asparagus juga dapat menolong penderita rematik dan radang syaraf.


DAFTAR PUSTAKA
          (akses: 17 Oktober 2012)
          (Akses: 17 Oktober 2012)
          (Akses: 17 Oktober 2012)




Budaya Bebas

 

Hak cipta merupakan suatu bentuk kreatifitas yang diapresiasikan dalam bergbagai karya. Layaknya properti lainnya, hak cipta juga memerlukan adanya peraturan/ regulasi berlandaskan hukum untuk melindungi keasliannya. "Budaya dan Hukum" beradaptasi dengan perkembangan pada ranah media yang berbasis internet. Namun sebagaimana dikatakan Lassig pada hal 8 bahwa, merupakan bagian dari ulasan yang dikemukakan dalam buku yang ditulis oleh Lawrence Lessig ini, “kita menjadi begitu peduli dengan perlindungan atas instrumen (kakayaan intelektual) sampai-sampai kita tidak bisa lagi memakai nilainya (h.21) bagaimana beradaptasi dengan perkembangan media elektronik yang berorientasi pada Internet, pengaruh relasi internet terhadap perubahan budaya perubahan karya cipta jika ditinjau dari aspek hukum. Maraknya pembajakan melalui via media elektronik Internet kaitannya dengan karya cipta seseorang, memerlukan suatu perlindungan khusus terkait kepedulian terhadap instrumen kekayaan intelektual (karya cipta), sebab seringkali seorang pencipta suatu karya tidak bisa menikmati hasil karya ciptanya akibat longgarnya regulasi- regulasi yang mengatur tentang legalisasi suatu karya. Tawaran yang diberikan Lessing ini sangat bermanfaat guna memberikan ruang antara pencipta dan pengguna agar tidak terjadi suatu intimidasi berupa pembajakan karya cipta, tanpa harus ada ketakutan yang timbul pada pihak pengguna untuk memanfaatkan hasil karya cipta orang lain. pada setiap karya cipta maka dengan sendirinya si pencipta menyadari bahwa pengguna dapat memaksimalkan memanfaatkan nilai guna dari ciptaanya bagi publik.
keseimbangan yang disebut oleh Prof. Lessig sebagai ‘usaha kecil’ ini sangat sederhana, yang berarti tanpa perantara atau tanpa pengacara. Kemudian dikembangkan berupa seperangkat lisensi bebas yang dilampirkan pencipta dalam karyanya, yang dikemudian hari kita kenal sebagai Creative Commons.